TEROBOSAN PENTING UNTUK PARA PENDIDIK

Buku ini merupakan rekaman keberhasilan Munif Chatib dalam meningkatkan kualitas sekolah-sekolah dengan menggunakan konsep Multiple Intelligence. Buku ini sangat layak untuk dikonsumsi para pencinta pendidikan karena begitu banyaknya pilihan-pilihan metode pembelajaran yang ditawarkan oleh penulis dalam karyannya yang luar biasa ini. Begitu banyak buku-buku yang membahas tentang metode pembelajaran, konsep pembelajaran, strategi atau dalam bentuk apapun namanya, namun begitu berbeda pembahasannya jika kita temui didalam buku ini. Penulis begitu piawai dalam membahas metode dan model pembelajaran tersebut dengan menuturkan contoh-contoh kongkret dengan penjelasan yang begitu mudah dimengerti. Bapak seorang putri ini juga menggunakan metafora-metafora yang begitu menarik dan gamblang.
Salah satu contoh adalah ketika Penulis menjelaskan modalitas yang tercirikan atas tiga “saluran” atau pipa. Yaitu pipa auditif, visual dan kinestesis. Menurut beliau, modalitas ini bagaikan “pipa” yang harus kita pilih untuk mengalirkan kelereng; yang dalam buku ini dimaksud sebagai symbol pengetahuan, kepada seorang murid. Bagaimana memilih “pipa” yang pas sehingga kelereng itu mudah ditangkap dan diterima oleh murid. Itu adalah salah satu contoh kepiawaian penulis dalam mengemas sebuah konsep menjadi sebuah keterangan yang begitu gamblang, menarik dan mudah dimengerti.
Penulis yang mulai meneguhkan hati dan langkahnya didunia pendidikan pada tahun 1998-1999 ini bukan hanya menguasai konsep kecerdasan temuan Howard Gardner yang sering disebut Multiple Intelligence ini. Tetapi beliau juga secara kreatif menjadikan Ilmu yang dikuasainya ini menjadi “senjata yang sangat handal” untuk menyelesaikan begitu banyak problematika pendidikan terutama yang berkaitan dengan kecerdasan anak didik.
Beliau juga begitu menghargai ke-beragam-an potensi kecerdasan yang seharusnya mampu digali secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan di bangsa yang saat ini semakin terperosok saja system pendidikannya. Buku ini merupakan sebuah terobosan penting karena didalamnya tercatat sebuah keberhasilan dalam sistem pembelajaran (learning system) yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih hebat. Karena merekam atau mendokumentasikan kegiatan-kegiatan penting dalam sebuah buku sudah merupakan prestasi yang sangat luar biasa.
Bagaimana cara menggali kecerdasan sehingga menghasilkan kompetensi unggul adalah pertanyaan yang cukup pantas diajukan untuk buku ini. Karena buku ini memang sengaja ditulis untuk menjawab pertanyaan tersulit dan terbesar dalam dunia pendidikan tersebut. Menurut beliau “sekolah unggul adalah sekolah yang memandang tidak ada siswanya yang bodoh dan semua siswa merasakan tak ada satu pelajaran pun yang sulit”.
Betapa indahnya sebuah proses pendidikan dalam sebuah kelas apabila seorang guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas, dan semua siswa pun merasakan semua pelajaran yang diajarkan dikelas adalah pelajaran yang mudah dan menarik. Kelas akan terasa tetap hidup, dan ketika para siswa keluar dari kelas, mereka mendapatkan pengalaman pertama yang luar biasa dan tak akan dilupakannya seumur hidup. Alangkah hebatnya apabila kelas tersebut dapat terjadi pada jutaan kelas yang ada dinegara kita. Mungkin Negara kita akan menjadi Negara yang sangat maju dan patut diperhitungkan oleh Negara-negara di seluruh dunia.
Perlu sedikit saya gambarkan sebagian garis besar dari buku ini agar ketertarikan anda terhadap buku ini tidak hanya dalam angan-angan. Pada bab awal penulis banyak mengisi bab ini dengan catatan-catatan tentang pengalaman pembelajaran ketika seorang guru menemukan saat-saat yang berkesan dalam pekerjaanya. Sebuah aktivitas belajar yang mampu mengubah kesulitan pemahaman seorang siswa Karena beberapa hal, menjadi mudah dan akhirnya siswa dapat dengan baik memahami meteri-materi yang diajarkan. Hal yang saya sebutkan diatas disebut Penulis sebagai “special moment”.
Bab selanjutnya membahas mengenai teori Multiple Intelligence yang ditemukan oleh Howard Gardner. Beberapa hal yang ditekankan Penulis dalam bab ini adalah keberanian Howard Gardner melakukan redefenisi tentang kecerdasan. Direktur Lembaga Pendidikan YMII Gresik ini mencoba menyadarkan kita selaku masyarakat bahwa kecerdasan tidak dapat dinilai dan dibatasi oleh tes-tes formal belaka. Masyarakat kita dan sebagian unsur-unsur sekolah masih menerima keberadaan tes-tes formal dengan paradigma berlebihan. Terbukti masih banyaknya anggapan bahwa kesuksesan anak ditentukan oleh hasil tes anak pada bidang study yang didapat siswa.
Ketika Multiple Intelligence diterapkan disekolah, akan muncul berbagi kendala dan beragam penafsiran tentang sekolah model ini. Misalnya, pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia, desain kurikulum yang masih sentralistis, penerapan kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi hasil akhir pendidikan, kualitas guru yang masih kurang terutama saat dihadapkan pada proses belajar yang menggunakan kreativitas tingkat tinggi, proses penilaian yang hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang terbesar dan masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif.
Pada bab selanjutnya seorang bapak yang gemar menulis ini menjelaskan indicator sekolah unggul dengan pernyataannya yang sangat yakin bahwa sekolah unggul adalah the best process bukan the best input. Artinya, sekolah unggul adalah sekolah yang menerima siswa dalam kondisi kognitif yang beragam, bukan hanya menerima siswa-siswa yang pandai. Beliau juga mengenalkan secara global alat riset yang bernama MIR (Multiple Intelligences Research). Dan alat riset ini dapat membantu guru mendekatkan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa.
Pada bab-bab akhir Penulis mulai bercerita tentang strategi pembelajaran multiple intelligences. Pada awalnya beliau meluruskan kesalah pahaman yang terjadi, yaitu multiple intelligences bukanlah bidang study atau curriculum. Multiple Intelligences adalah strategi pembelajaran yang berisi aktivitas-aktivitas pembelajaran dengan model dan kreativitas yang beragam sekaligus membungkus sebuah strategi dalam rencana belajar.
Kemudian di akhir buku ini, bibahas pula tentang akhir pembelajaran, yaitu tentang penilaian dan pelaporan. Penilaian yang dipakai dalam melihat kompetensi siswa memenuhi indikator hasil belajar yang sudah ditentukan adalah penilaian autentik. Penilaian ini bersumber dari aktivitas pembelajar yang dapat dinilai dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Penjelasan detail tentang bagaiman cara menilai dan bentuk laporan yang harus dibuat juga akan dibahas dalam kemasan yang begitu menarik dalam bab ini.
Akhirnya, kurang lengkap kiranya jika anda yang saat ini berprofesi sebagai sorang pengajar atau pendidik yang kreatif tidak menjadikan buku ini sebagai pelengkap tumpukan buku-buku strategi mengajar yang ada di perpustakaan pribadi anda. “Disetiap sekolah manapun dengan kualitas apapun adalah amanah yang perlu dijaga. Dan orang yang paling bertanggung jawab adalah guru”. Kutipan dari penulis ini saya pikir akan dapat membuka cakrawala berpikir kita tentang begitu besarnya amanah yang harus diemban oleh seorang guru. Karena masa depan seluruh anak-anak dibangsa ini adalah tanggung jawab besar yang harus mereka emban dengan rasa tulus dan penghargaan mereka terhadap waktu dan kehidupan adalah segala-galanya.
Semoga bermanfaat dan Salam Pergerakan!!!

Judul buku : Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia
Penyunting : Budhyastuti R.H.
Penulis          : Munif Chatib
Penerbit       : Kaifa, Bandung
Cetakan I     : April 2009
Tebal             : xxxiii+186 Halaman

Iklan

CAMILAN UNTUK MALAM TAHUN BARU

TENTANG WAKTU

CAMILAN UNTUK MALAM TAHUN BARU

“Tak ada sesuatu apapun yang dapat kita lakukan untuk merubah masa lalu”. Terlepas dari kata itu tepat atau tidak di ucapkan adalah kemungkinan lain yang kali ini tidak akan saya perhitungkan. Tapi bagi saya, masa lalu tidak memiliki perbedaan begitu jauh dengan apa yang dapat kita lihat dari “Spion”. Hampir seluruh penduduk Indonesia tak asing lagi dengan kata itu, karena sebagian besar dari mereka hampir setiap hari tak lepas pandang dari benda tersebut. Saat mengendarai mobil atau sepeda motor satu hal yang paling penting adalah tetap konsen pada jalanan tempat kendaraan kita sedang melaju. Kemudian hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh. Dan yang terakhir adalah sesekali melihatlah ke spion yang memang sengaja diletakkan untuk dapat dengan mudah dilihat saat mengendarai kendaraan bermotor. Tapi tenang saja, saya bukanlah seorang polisi yang akan memberikan surat tilang kepada anda karena tidak menggunakan spion sebagai atribut pelengkap kendaraan anda. Karena bagi saya itu adalah masalah anda dan pak polisi, bukan saya.

Saya akan mengajak anda memahami makna esensial dari kata spion yang sudah saya tulis diatas. Tapi sebelumnya anda harus menjawab dulu beberapa pertanyaan sederhana ini. Apakah dalam hal ini masa lalu bisa dikatakan sebagai sejarah perjalanan hidup? Bagi saya “iya”. Sederhana saja, kita artikan masa lalu adalah sejarah dan sejarah adalah sesuatu yang terjadi beberapa menit yang lalu, tadi, kemaren, atau setahun yang lalu atau bahkan lebih banyak tahun yang lalu. Lalu, apakah sejarah itu penting? Dan apakah sejarah harus tercatat, atau dicatat. Ya, katakan saja begitu. Tapi bagi penulis, sejarah lebih bagus jika dicatat, tapi tidak harus, karena jika anda punya ingatan cukup kuat untuk mengingat semua kejadian-kejadian puluhan tahun yang lalu, saya pikir anda boleh tak mencatatnya dalam catatan harian atau para kaula muda biasa menyebutnya diary.

Pertanyaan selanjutnya, apakah menulis diary itu penting? Jawabnya tentu “tergantung”. Bisa “iya”, bisa juga “tidak”, tapi kali ini saya tidak akan punya cukup waktu untuk membahas alasan mereka yang menjawab “iya” ataupun mereka yang menjawab ”tidak”. Kembali lagi ke sejarah yang mencatat bahwa sebagian besar orang terkenal mempunyai diary. Che Guevara misalnya, Paris Hilton, Einfrank dan masih banyak tokoh-tokoh terkenal lainnya yang mencatat perjalanan hidupnya dalam diary. Sederhananya, terlepas dari apa alasan mereka waktu itu untuk menulis diary, yang penting untuk saat ini sebagai orang awam kita tahu bahwa mereka tergolong dalam kumpulan orang-orang terkenal dan kumpulan para pejuang.

Baiklah, lupakan tentang mereka, tentang diary atau tentang iya dan tidak. Kita konsen saja terhadap “spion” dan dua hal urgen lainnya saat mengendarai kendaraan. Yaitu tentang konsen pada jalanan tempat kendaraan kita sedang melaju dan kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh.

Penulis berpikir bahwa untuk menyambut tahun baru kali ini harus ada sesuatu yang menjadi bahan untuk di-refleksi-kan bersama. Bukan hanya tentang melihat kembang api di alun-alun, tentang konfoi club motor, atau membuat kemah-kemah kecil dipesisir pantai selatan yang dihuni laki-laki dan perempuan berpasangan saat malam tahun baru Masehi tiba. Tapi penulis mengajak para pembaca untuk merenungkan ala penyambutan tahun baru yang dengan sengaja disusun oleh penulis untuk para pembaca setia.

Hidup dalam konteks pembicaraan kali ini adalah perjalanan diatas kendaraan, sebut saja sepeda motor. Maju 1 kilometer kedepan adalah berarti meninggalkan 1 kilometer dibelakang. Sama seperti ketika matahari terbit pagi ini dan kita tak bisa mengulang pekerjaan yang belum selesai kita kerjakan kemaren dalam waktu yang sama. Jadi, hidup adalah terus melaju kedepan.

Kalau dalam analogi saya diatas saya katakan bahwa menjalankan sepeda motor harus konsen pada jalanan tempat kendaraan kita sedang melaju. Jadi ini adalah hal pertama yang ingin saya sampaikan. Saya menggunakan analogi itu hanya untuk mengatakan bahwa sedang dalam profesi apapun kita sekarang, yang paling penting adalah tetap tekun, disiplin dan menjalaninya dengan sikap-sikap yang baik. Serius dalam hal apapun yang akan kita perjuangkan untuk meraih apa yang kita cita-citakan. Dan kita hendaknya menyadari, sedang apa kita sekarang ditempat kita sedang berdiri? Apa yang sudah kita lakukan tadi, kemaren, beberapa hari yang lalu atau 3-4 tahun yang lalu dibanyak tempat yang berbeda namun tetap dalam gelar yang sama dengan hari ini? Dan apa yang harus kita lakukan nanti dan besok atau tahun ketiga setelah anda membaca tulisan ini, atau tahun-tahun dalam hitungan banyak untuk melakukan sesuatu yang lebih banyak pula demi cita-cita kita sekarang, baik dalam gelar yang berbeda atau dalam gelar yang sama juga seperti hari ini. Kita sering mengeluhkan kurangnya waktu untuk mengerjakan hal-hal penting yang akan membesarkan dan memuliakan kehidupan kita dimata orang lain dan di mata Tuhan, tanpa menyadari bahwa semua pribadi besar dan mulia yang namanya tercatat indah dan anggun dalam sejarah kemanusiaan itu, juga menggunakan jumlah waktu yang sebanding dengan yang dijatahkan kepada kita. Lalu kenapa kita tak bisa menjadikan diri kita menjadi lebih besar dan lebih indah dari mereka atau paling tidak setingkat dengan mereka karena mereka hampir mempunyai jatah waktu yang sama dengan waktu saat kita hidup disini sekarang. Sedikit saya kutip kata indah dari bapak Mario Teguh sebagi salah satu tokoh Inspiratif saya. Saya tau beliau tak kenal saya sebagai pengagumnya, tapi biarlah karena itu tak begitu penting untuk Beliau. “Waktu itu bernilai, bukan karena panjangnya, tetapi karena kebaikan yang kita lakukan di dalamnya”.

Yang kedua, kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh. Tidak terlalu jauh berbeda keterangan yang akan saya sampaikan tentang analogi saya yang kedua ini dengan keterangan pada analogi yang saya sampaikan pertama tadi. Bedanya hanya terletak pada posisi dimana (tempat) kita sedang berada sekarang. Bisa diartikan profesi, keahlian, jurusan kuliah, atau dalam arti tempat yang sebenarnya pun boleh. Kebebasan saya berikan seluas-luasnya kepada anda para pembaca karena saya sangat menghargai pluralisme. Namun untuk yang kedua adalah tentang kondisi kita sendiri. Kesehatan dan kesiapan fisik secara utuh dalam kalimat diatas harus diartikan seluas mungkin, mulai dari kesehatan dan kesiapan fisik atau semua angguta tubuh yang bisa kita jadikan semuanya menjadi sangat professional. Misalnya, anda yang saat ini menjadi penjahit tentu tangan dan mata anda begitu professional dalam hal menggunting motif gaun yang anda buat. Mata (penglihatan) anda begitu jeli menjadikan jarum jahit dan benang menjadi ikatan yang begitu rapi untuk gaun yang sedang anda selesaikan. Pemain gitar atau seorang guitarist tentu menjadikan jemarinya begitu professional untuk setiap petikan nada yang berbunyi. Dan telinganya (pendengaranya) juga akan begitu peka jika ada satu atau setengan ketukan nada saja yang tidak sesuai denga lirik lagu yang sedang dimainkanya atau bahkan sedang dimainkan oleh orang lain. Anda yang saat ini sedang duduk mewakili suara kami dikursi DPR sana harus menjadikan otak (akal sehat), hati nurani dan suara anda menjadi sangat professional untuk dapat mewakili suara kami yang sering tak didengarkan ini. Atau pendek kata, kita harus menjadikan diri kita begitu sehat, begitu siap dan begitu professional untuk menyambut masa depan baik yang semakin dekat. Tapi ingatlah, bahwa masa depan yang baik hanya akan ada dengan persiapan yang baik pula. Begitu juga masa depan yang indah, hanya akan ada jika kita menyiapkannya dengan sepenuhnya ikhlas dan dengan keindahan kita bersikap pula. Karena kita hanya akan menjadi seperti yang kita siapkan.

Ketiga, sesekali melihatlah ke spion. Saya tidak akan menyuruh anda untuk menoleh kebelakang saat anda sedang mengendarai sepeda motor karena saya tidak mau membahayakan keselamatan anda. Tapi untuk kalimat yang satu ini konteksnya adalah sejarah atau masa lalu yang kita sebut sejarah pada awal prakata tadi. Mengapa saya sebutkan sesekali? Itu karena saya khawatir jika anda terus melihat ke spion, maka keselamatan anda akan menjadi taruhannya. Begini maksud saya, kita harus tetap konsen menghadap kedepan, menatap masa depan dengan dua hal yang sudah saya sebutkan diatas, tapi kita tidak boleh melupakan begitu saja apa yang sudah terjadi dibelakang. Karena dikhawatirkan suatu saat kita akan melewati kembali jalan yang sama seperti sebelumnya. Dengan melupakan kejadian yang lalu, berarti kita mengulang kembali sesuatu yang sebenarnya sudah pernah kita lakukan. Bukankah itu adalah kesia-siaan, padahal kita bisa melakukannya lebih baik dari sebelumnya, tapi karena kita lupa bahwa sebenarnya kita sudah pernah melakukan hal itu sebelumnya, kita terpaksa mengulanginya lagi dengan hasil yang sama persis seperti sebelumnya tanpa adanya kemajuan. Maka untuk kesempatan kali ini dengan berat hati saya terpaksa mengatakan kepada anda yang tidak sependapat dengan saya bahwa “Sejarah” itu penting. Sepele saja alasannya, kenapa setiap pembelajaran selalu diawali dengan sejarah dan latar belakang kenapa kita harus mempelajari pelajaran tersebut. Untuk mengenal dan meyakini agama yang kita anut, bukankah pada awalnya kita harus mengetahui dan paham terhadap sejarah pembawa agama itu. Semisal Islam, Islam dibawa oleh Nabi Muhammad ribuan tahun yang lalu ditanah tandus padang pasir. Tapi anak-anak muslim bangsa kita bahkan seluruh duniapun sampai sekarang masih mempelajari sejarah Beliau diatas bangku-bangku pendidikannya. Singkatnya bahkan Al-qur’an yang berisi Firman-Firman Tuhan itupun masih menyertakan ajaran-ajaran tauhid, amaliah dan ke-Isalam-an nya dalam bentuk sejarah para Nabi dan Pendahulu-pendahulunya.

Maaf jika dalam hal ini saya memaksa anda untuk sependapat dengan saya tentang hal ini. Tapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menjadikan sejarah sebagai titik awal kita melangkah menuju masa depan yang gemilang. Menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran yang berharga bagi kelangsungan hidup dan cita yang kita idam-idamkan. Jika kita pernah mamiliki sejarah yang tidak begitu baik, maka mempelajarinya menjadi fungsi yang baik untuk menjadikan hari-hari kita kedepan menjadi lebih baik pula. Bagi anda yang pernah mempunyai kesalahan masa lalu yang sampai saat ini masih tak bisa dilupakan, maka jangan dilupakan, tapi jangan jadikan kesalahan masa lalu itu menjadi energi negative yang melemahkan dan memperlambat anda untuk mencapai kebaikan dimasa depan. Jadikanlah “spion” menjadi kehati-hatian agar kita tak seperti keledai. Karena hanya keledai yang terjerembab dalam lubang yang sama berkali-kali.

Sekian dulu tentang sepeda motor, jalan raya, pemain gitar, penjahit, pak DPR, spion, masa lalu, sejarah, dan keledai. Semoga semua itu menjadi bermanfaat untuk dijadikan sebagai cemilan pada malam tahun baru nanti bersama keluarga-keluarga tercinta dan sahabat-sahabat terkasih.

KORUPSI ITU HARUS ADA, JADI KENAPA HARUS DI BRANTAS

Genderang perang terhadap korupsi sudah begitu lama ditabuh, tapi kenapa sampai hari ini Indonesia masih menduduki peringkat ke-111 dari negara-negara ter-korup didunia dan menduduki urutan ke-5 dari negara-negara di penjuru Asia. Ini adalah sebuah prestasi yang patut dibanggakan bukan?

Saya akan sedikit menelisik lebih jauh terhadap event Hari Anti Korupsi se-Dunia yang baru saja diperingati hanya dalam hitungan beberapa jam yang lalu. Bangsa Indonesia disebagian besar penjuru  tentu tak akan sempat melewatkan berita-berita yang setiap hari disiarkan di hampir setiap stasiun televisi yang kita punya, hampir disetiap media masa yang setiap hari terbit, dan menjadi tema utama pada sebagian besar majalah-majalah ternama.

Masyarakat kita terlanjur banyak mengerti tentang defenisi-defenisi korupsi yang hampir setiap saat terlontar dari berbagai tokoh masyarakat, pengamat politik, seseorang yang punya posisi penting dalam sebuah organisasi, seseorang yang punya posisi berpengaruh terhadap stabilitas bangsa dan se-abrek tokoh-tokoh lain yang sempat mengucapkan defenisi kata ini dari  balik  layar 14 inch yang setiap hari kita pelototi ataupun dari kertas buram lusuh yang sangat mudah terkoyak ketika tanpa sengaja air kopi tertumpah diatasnya.

Kasus-kasus mafia hukum yang tidak setiap kali, tetapi pasti pelakunya tak ingin dipublikasikan ditelevisi, kriminalisasi KPK yang kasusnya tak kunjung usai diatas kertas buram lusuh berukuran 40X60 centimeter yang dilipat menjadi dua itu. Dan bejibun lagi kasus-kasus permainan money laundry yang tak sempat selesai diatas pergumulan pemuda-pemuda gagah pemegang palu dimeja hijau itu.

Beberapa hal yang saya sebutkan diatas adalah sekolah gratis bagi seluruh penyimak media cetak ataupun media elektronik. Akan begitu banyak hal yang mereka dapat pahami dari sana tentang istilah keren yang hampir setiap hari disebut ini. Mereka akan begitu mengerti tentang bagaimana melakukan korupsi, lembaga-lembaga apa saja yang nyaman dan aman untuk dijadikan ladang korupsi, kaum dari golongan apa saja yang harus mereka suap agar nama mereka tetap bersih dan baik dimata publik, dimana saja mereka bisa mendapatlkan pengacara handal yang dapat memperpendek lama mereka bermukim didalam pondok jeruji, atau memperkecil jumlah denda yang harus mereka bayar untuk mendapatkan kebebasan bersyarat, atau bahkan dapat bebas tanpa ada sedikit pun syarat yang ditimpakan kepadanya dari pengadilan atau institusi yang kondang dengan nama penegak hukum ini jika kasusnya terungkap oleh KPK dan berlanjut ke Meja dimana seorang saksi terkadang harus menyebut-nyebut nama Tuhan yang begitu Mulia untuk sebuah kasus yang begitu Hina.

Inikah lensa budaya bangsa yang mulia?

Moment hari Anti Korupsi se-Dunia ini akan menjadi sangat tepat jika kita perhatikan dari sisi waktu. Pengetahuan masyarakat pinggiran yang dengan tidak sengaja terus membaik karena banyak pendidikan gratis yang digelar ditelevisi, paradigma-paradigma dan ideologi-ideologi organisasi masyarakat yang terus terasah, pengamat-pengamat politik yang tidak sengaja sampai hampir menghafal semua hal dari pasal-pasal tentang tindak pidana yang membuat orang bernama tenar didepan para wartawan ini membuat mereka yang saya sebutkan menjadi mempunyai tendensi yang begitu kuat untuk turut aktif memeriahkan Hari Raya Idul Korupsi ini.

Menjadi tidak begitu penting Mr. President mengkhawatirkan kekacauan yang dibuat saudara-saudara kita di Kota Makasar, di Kota Madura dan di daerah-daerah yang belum mungkin saya pantau lainnya. Tidak juga menjadi penting para Menteri dari kabinet Insyaallah Bersatu Jilid Sama Saja ini memberikan begitu banyak kekhawatiran yang dilahirkan dalam bentuk himbauan-himbuan bahwa aksi kita kali ini harus baik, rapi dan bersih seperti ketika saya dulu pernah, masih akan melakukan atau bahkan sedang melakukan korupsi. Toh masyarakat kita sudah cukup mengerti dengan apa yang mereka lakukan, mereka tidak perlu lagi bersikap bijak terhadap orang-orang bejat seperti Koruptor dan para oknum penegak hukum suka-suka itu.

Sekali lagi, masyarakat kita tidak terlalu bodoh untuk melakukan hal-hal yang bahkan mereka begitu mengerti. Mereka sudah cukup canggih tentang bagaimana melakukan aksi, sama canggihnya dengan Mister-Mister besar itu ketika melakukan korupsi. Jadi untuk apa menaruh begitu banyak personil polisi, hingga mencapai separuh dari jumlah keseluruhan polisi yang ada di Jakarta saat ini untuk hanya mengamankan aksi. Kalau tidak ada yang memicu kerusuhan, para aktifis dan korlap aksi tidak akan memberi instuksi terhadap masa yang dibawanya untuk bertindak diluar batas. Pemerintah mewujudkan kekhawatiran mereka dengan mengirim begitu banyak robot penerima dan pematuh perintah ini hanya untuk menganggap kita; masayakat begitu bodoh dalam menyikapi hari yang tak seharusnya ada ini. Padahal, bukankah kita; kamu, dia dan semuanya sudah begitu mengerti?

Mereka yang selalu menggunakan selembar kain miskin warna yang fungsinya hanya terasa justru ketika mereka melepaskannya ini menjadikan adanya penunggang gelap berdalih kepentingan akan hadir menyusupi aksi ribuan masa aksi ini menjadi alasan kuat kekhawatiran mereka kemaren hari. Mereka tidak sadar bahwa aksi ini tidak akan ada tanpa ditunggangi joki hebat bernama Akal Sehat dan Hati Nurani. Apa munkin alasan ini timbul karena Akal Sehat mereka berfungsi tetapi Hati Nuraninya mati? Mungkin saja sahabat, hal ini terbukti saat mereka yang mencuri ini menggunakan Akal Sehat mereka yang begitu hebat untuk membunuh kemurnian Hati Nurani mereka yang padahal pengaruhnya begitu kuat. Seseorang yang sedang melakukan ke-tidak baik-an prilaku sebenarnya sedang berperang dengan ke-suci-an ajaran baik Hati Nurani. Kekuatan dahsyat yang berasal dari perut dan bawah perut mereka begitu kuat memicu Akal Sehat mereka untuk mengalahkan Hati Nurani.

Bahkan akan lebih buruk lagi, mereka yang duduk dibangku per-adil-an pun tak jauh beda dengan mereka yang sedang berjuang untuk keluar dari kasus hina yang sedang didera; tersangkanya. Bukankah tugas pengadilan adalah membenarkan yang benar dan me-masukkan yang salah kedalam lembaga yang mampu mendidik mereka menjadi benar? Bukan menerima suap atau me-ngulur-ngulur waktu sidang dengan alasan belum selesai melakukan penyelidikan.


RENUNGAN SEDERHANA

Saya sebagai penulis menjadi terpaksa mengambil kesimpulan terburuk bahwa peng-adil-an dibuat adalah bukan untuk menyelesaikan suatu persoalan, tetapi hanya dibuat untuk memperpanjang perseteruan, agar lebih banyak yang diuntungkan, agar lebih banyak keuntungan, agar lebih banyak lagi yang mendirikan kampus-kampus, fakultas-fakultas hukum, agar lebih banyak lagi orang yang mengerti aturan hukum sehingga mereka mampu mempermainkan hukum sesuka hatinya, agar lebih banyak lagi uang Negara yang dikorupsi sehinga jika mereka masuk ke pengadilan mereka tidak akan begitu keberatan lagi membayar denda yang disyaratkan, dan ini artinya akan lebih banyak lagi yang dirugikan dan kasus keren ini tak akan pernah terhapus sehingga kita harus memperingati Hari yang Tidak Seharusnya Ada ini setiap tahun.

Ini benar-benar kegilaan yang begitu nyata, kegilaan yang tak pernah disadari, virus yang lebih berbahaya dari Vitriol sekalipun. Rumah Sakit Jiwa tak perlu lagi didirikan karena semua dokter dan perawat juga adalah gila, semua yang tak mau disebut gila adalah gila dan setiap orang yang mengatakan bahwa “saya benar-benar waras” adalah gila. Dan bukankah Kegilaan kita adalah ke-tidak mampu-an kita berhubungan dengan fikiran kita, bukankah berhubungan baik dengan hati kita akan lebih sulit, silahkan pilih, biarkan hati kita mengendalikan kita atau kita yang akan dikendaliakan oleh fikiran kita. Cukup sulit, tapi jangan katakan!

Kalau saya seorang hakim yang tidak baik, saya akan menyuruh semua orang untuk korupsi, menyuruh semua orang menyuap saya jika mereka ingin lulus ujian dengan nilai “tidak bersalah”. Saya selaku penulis sangat optimis terhadap hasil buruk pemberantasan kasus ini. Kalau tak ada lagi yang korupsi lantas tak akan ada penghasilan tambahan Hakim dan perayaan Hari Raya Idul Korupsi pun tak akan ada lagi. Saya tak akan menulis lagi, mahasiswa tak akan demo lagi, dan banyak aktifitas lain yang terpaksa terhenti.

Akhirnya, Jika mencuri itu baik, Lakukanlah! Karena hanya sedikit sekali pencuri yang baik.

Korupsi itu tak perlu dibrantas, tapi harus dihindari. Karena, Pertanggung jawaban dosa kita terhadap Tuhan jauh lebih mudah ketimbang pertanggung jawaban dosa kita terhadap sesama Makhluk Tuhan.

Semoga bermanfaat dan Salam Pergerakan!!!

SURAT CINTA UNTUK SAHABATKU,


Sahabatku,

Kenalilah musim hujan yang basah, musim kemarau yang meranggaskan daun-daun disepanjang hari, musim dingin yang membuat paru-paru kita sesak dan lumut-lumut enggan untuk tumbuh, musim gugur yang tak memberi peluang pada daun, bunga dan buah untuk bergelantug pada ranting yang rapuh, karna cintaku akan bersemi di musim apapun, tak layu, tak mati, juga tak musnah

Kenalilah gelisah angin di antara buluh-buluh bambu yang meliuk ke kanan dan ke kiri, tanpa arah, tanpa tuju yang pasti, betapa menderitanya mereka jika harus hinggap pada karang yang kokoh tak goyah dan menggemerisik di antara sunyi karena ada bisikan tentang gelisahku, kegelisahan tentang rinduku

Ketika senja turun di bukit-bukit tak berpenghuni, ada rona yang dilukiskan pada latar langitnya, cahayanya cerah merona bagai fajar, namun harus mengalah pada senja jika waktu itu tiba, merah membara dan kadang-kadang lembayung

Kemudian tugasmu adalah mengenali warna yang disapukan mereka dari rinduku.

Sahabatku,

Malam-malamku adalah catatan tentang cinta, goresan diatas palipis dan lengan-lengan lebam yang biru, serta pada langsat pipi kerudungmu, dinginnya malam menghangatkan jiwa dan memberi aroma rasa pada jejak kaki purnama yang tenggelam di antara awan dan bias-bias bintang, aku juga jejak kaki masa  dan aku juga ingin terbenam bersama cinta yang kau bawa

Mengingatmu membuatku mengerti tentang alam

Bahwa engkau adalah jelmaan keindahan Tuhan berbentuk perempuan, bening matamu seperti telaga yang memberi kedamaian, sedang kerudungmu adalah cahaya yang tak pernah berhenti bersinar, dalam jiwamu ada banyak keindahan yang tak bisa kusebutkan

Mengingatmu membuatku sadar

Betapa aku terlalu mengharapkanmu hadir disetiap mataku terbuka, dan tertutup kemudian ketika aku kembali terbentur kedinding kesunyian, disitu aku ingin engkau hadir sebagai pemecah kensunyian dan penghidup suasana, bukan hanya bisikan angin malam yang singgah dan lewat ditelinga

Saat aku terjatuh ditikam gelora rindu, jeritku menyeruak kalbu menyumpah serapah pada waktu mengapa hari harus begitu cepat berlalu, kuamati detak detik jarum jam sepertinya teramat lambat berputar, ingin kuputar, kupacu jarak dan ruang sang waktu membuatnya kembali

Sahabatku,

Meski terasa begitu lama aku akan selalu setia menanti rembulan yang senantiasa kurindu untuk menyinari ruang disetiap bilik kalbuku

Laksana diamnya karang, inilah kesendirian yang panjang, melampaui segala rasa, semenjak kau memilih jalan yang berbeda, kebekuan yang kini kurasa, hanya engkau yang bisa meluluhkannya

Andai kau tahu sebanyak apa aku merindukanmu…

Sebanyak gerimis yang turun dari langit, andai kau ada disini, letakkanlah tanganmu di atas dadaku kemudian hitunglah berapa detaknya, sebanyak itulah namamu selalu kuagung-agungkan

Dari banyak waktu yang kita habiskan di“KUIL CINTA”, engkau nenyebutnya, tempat dimana kita berbagi suka, duka, senyum, tawa, canda, bahkan tangis sekalipun disana

Aku senang melihatmu tersipu malu, lalu ku ajak kau berenang, tenggelam di kolam kebahagiaan, di tepinya kita bergurau canda menggelitik mesra, merajut tawa dalam suka, meredam duka dalam hampa bersama, menebar asa bersama, bahkan tak jarang mengundang tangis juga bersama

Kemudian waktu terus berpacu, terus melaju dan tak mungkin kembali, tapi sampai saat ini aku masih berharap sampai habis suaraku berteriak

Aku akan belajar mengenalmu, belajar mengertimu, menjadikan diri ini orang terbaik untukmu, mewujudkan impianmu, meyampaikan harapmu, dan mandatangkan kebahagiaan milikmu

Aku,
Untukmu s’lalu sahabatku,

“HATI-HATI” KARENA HIDUP INI ADALAH ONGGOKAN DURI YANG ADA BUKAN DITENGAH JALAN”.

Oleh : Achmad rois, Jiwa yang sedang berusaha menjadi pengertian baik

SUDAH SEIMBANGKAH ONH DENGAN PELAYANAN HAJI?


Melihat dari persiapan orang yang mau menunaikan ibadah rukun islam yang kelima_haji_ memang sangat memprinhatikan. Harus menyiapkan takjil buat tetangga yang mau berziarah dan meminta do’a untuknya, serta  mohon do’a restu untuk keselamatan bagi mereka yang menunaikan ibadah haji tersebut. Memang itulah fakta dan tradisi di masyarakat kita. Disisi lain juga harus lunas untuk pembayaran ongkos naik haji (ONH) yang menghabiskan jutaan rupiah. Seperti itulah, kalau orang muslim yang ingin menunaikan ibadah haji harus kaya dulu, kalau tidak kaya ( materi) pastilah tidak akan mampu untuk menunaikan ibadah rukun islam yang kelima_haji_. Memang seperti itulah yang sepantasnya dan patut saya katakana pada pembaca.

Dari uraian diatas banyak gejala dalam benak penulis, sudah seimbangkah seorang muslim untuk menunaikan ibadah rukun islam yang kelima ini_haji_dengan ongkos yang menelan jutaan rupiah ? dan sudah memperoleh jaminan kelayakan tempat, keamana, fasilitas, ataupun yang lainya ?

Maklum disini penulis belum mampu dan belum pernah untuk melaksanakan ataupun menunaikan ibadah tersebut. Tapi setidaknya penulis sudah mendengar banyak  cerita dari orang muslim yang sudah menunaikan ibadah haji, ternyata jauh dari anggapan waktu pendaftaran dulu saat akan mengeluarkan anggaran yang terlalu banyak, tetapi fasilitas dan jaminan waktu di tanah suci makkah al-karamah masih minus.   Memang serti itulah fakta dari orang yang sudah menunaikan ibadah haji, disini memang sudah tidak asing untuk di dengar dan di baca di khalayak umum.

Meskipun dari lembaga pemerintahan sudah mengatur akan semua pembekalan haji, akan tetapi sudah terjaminkah para jama’ah haji di Makkah al-karamah ? ini fakta tempoe satu tahun yang lalu sampai jama’ah kena penyakit perut gara-gara kekurangan makanan, dan tidak Su’udzon lagi karena hari ini krisis melanda di berbagai Negara. Tapi disini penulis mendo’akan mudah-mudahan pemerintah selalu meprehatikan warga Negaranya yang sedang menunaikan ‘ubudiyah  yang diadakan secara rutinitas tiap tahunan. Jangan sampai kekenagan tahun kemarin menjadi momok di para jama’ah haji, kususnya dan pemerintah u mumnya.

Disamping lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang lain terkait wadah untuk penyalur ‘ubudiyah yang sacral, jangan sampai teledor dan memanfaatkan rutinitas ini jadi ajang modal untuk mencari nafkah, dan apalagi sebagai ajang main-main. Tapi disini penulis tahu tentang lembaga dan wadah-wadah penyalur ‘ubudiyah yang sacral ini dijadikan komoditas, dan ajang pencari keuntungan. Mulai dari ONH Plus, KBRI, dan KJRI, tanpa kurangnya pembinaan perusahaan ONH Plus, menyebabkan timbulnya ulah melecehkan departemen agam maupun KBRI dan KJRI. Tindakan tegas tapi manusiawi telah menimbulkan respek terhadap departemen agama.

(Aufklarung. Edisi 11/22 Dzulqo’dah 1430 H / 12 November 2009 M)

SUDAH PANTASKAH UNTUK MENUNAIKAN IBADAH HAJI ?

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwasannya haji adalah rukun Islam yang ke-5. Dimana diwajibkannya bagi orang Islam yang telah mampu untuk melaksanakannya. Dengan ketentuan inilah kadang orang melaksanakannya Akan tetapi, dengan masih banyaknya orang yang belum mengetahui kriteria mampu untuk melaksanakan ibadah haji menjadikan sebuah problem tersendiri bagi calon jama’ah haji. Kemampuan terkadang hanya di lihat dan di ukur dalam sisi tingkat ekonominya saja. Padahal bayak hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kriteria mampu. Tidak hanya di lihat dalam satu faktor saja. Di faktor yang lain juga akan sangat mendorong untuk memfasilitasi keberhasilan ibadah haji.

Karena kemampuan jasmani, rohani, materail dan spiritual kadang belum terpenuhi dengan sepenuhnya, maka keberangkatan seseorang untuk menunaikan ibadah haji menjadi terhambat. Belum lagi kalau semua ini dihubungkan dengan status kesosialaaanya. Dimana Islam sendiri juga mengajarkan untuk tolong menolong dalam hal kebaikan (lihat Al-Qur’an Surat: Al-Maidah Ayat:2). Apakah orang-orang disekeliling kita sudah benar-benar tidak ada orang yang miskin dan termiskinkan? Dan apakah membantu orang yang dalam kesulitan bukan termasuk ibadah? Dimanakah letak Hablum Minannas-nya sebagai orang Islam? Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk menjalankan Hablum Minal Allah, Hablum Minannas, dan Hablum Minal ’Alam dengan seimbang.

Di dalam Islam terdapat dua kategori ibadah, yaitu: ibadah qashirah(ibadah individu) yang manfaatnya hanya bisadirasakan oleh pelakunya saja, dan ibadah muba’addiyah (ibadah sosial) yang manfaatnya selain dirasakan secara individu juga dapat  dirasakan oleh orang lain. Jadi sudah sagat jelas bahwa kedua ibadah ini harus dijalankan secara seimbang. Memang tidak bisa dipungkiri, secara bathiniyah seseorang memang memerlukan ritual tertentu, akan tetapi tidaklah seharusnya mengesampingan kebutuhan lahiriyah. Karena keduanya akan selalu berjalan seiring, ibaratnya dua sisi pada mata uang logam.

Namun realitas pada saat ini, orang lebih mengutamakan ibadah qashirah daripada ibadah muba’addiyah, sehingga aspek kesosialannya sering dikesampingkan. Misalkan saja mengenai ibadah haji. Betapa banyaknya orang menunaikan ibadah haji yang setiap tahunnya kurang lebih 250.000. Padahal dari proses dimulainya pendaftaran sampai pada pemberangkataanya saja harus menunggu sampai kurang lebihnya antara 4 sampai dengan 5 tahun.  Namun setiap tahunnya orang menunaikan ibadah haji tetap mempunyai jumlah yang sangat besar. Bahkan ada yang sudah melakukannya berulangkali, kemungkinan mereka tidak sadar, bahwa dengan berulangkalinya itu malah bukan lagi sunah yang akan diperolehnya, melainkan makruh. Mengapa mereka harus melakukan seperti itu? Apakah ibadah sosial itu sudah tidak utama lagi?

Sebagian orang mungkin menganggap dengan menjalankan ibadah haji maka dia sudah merasa pada ibadah tertinggi, sehingga tidak perlu mempertimbangkan hal-hal disekitarnya yang justru kadang lebih penting. Sehingga sampai ada yang melakukannya berulangkali. Tidak sedikit orang yang telah mengetahui tentang realita yang ada pada saat ini. Telah banyak orang disekitar kita yang sangat membutuhkan bantuan atau uluran tangan dari orang yang mampu. Antara lain banyaknya anak yatim yang terlantar, ribuan orang tunaswisma akibat kejadian alam atau bencana alam, busung lapar, banyaknya kejadian atas PHK dll.

Dalam hal ini, kepekaan terhadap kondisi sosial seharusnya  tertanam dan dimiliki oleh orang yang mampu tersebut. Sehingga tingkat kepedulian antar sesamapun akan terjalin dengan kuat. Maka dengan melakukan hal tersebut nilai-nilai yang terkandung didalam Islampun akan terwujud, yaitu nilai keharmonisan. Bahkan disisi lain dengan melakukan hal seperti itu, maka nilai keadilanpun  juga  akan   teraplikasikan,  karena di sebagian harta orang yang kaya terdapat juga harta orang yang  miskin. Jadi pantaskah orang yang mampu ini menunaikan ibadah haji padahal disekitarnya banyak yang membutuhkan uluran tangan darinya? Ibadah yang manakah yang akan kita dahulukan? Jadi tidak ada salahnya jika orang yang mampu ini sebelum menunaikan ibadah haji yang termasuk ibadah qashirah  mensejahterakan lingkungan sekitar terlebih dahulu yang juga tidak kalah pentingnya dalam ajaran agama.

Toleransi antara sesama juga merupakan nilai yang ada di dalam Islam. Dengan demikian,  kedudukan manusia sebagai ciptaan Allah terdapat dua pola hubungan yang inheren, yaitu pola yang di dasarkan pada kedudukan manusia sebagai Khalifah Allah fil ardl dan sebagai Hamba Allah. Kedua pola ini harus dijalani secara seimbang, lurus dan teguh. Memilih salah satu dari kedua pola ini, berarti akan membawa kepada kedudukan dan fungsi manusia yang tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia tidak akan dapat mengejawantahkan prinsip tauhid secara maksimal. Dengan demikian berarti diberikan penekanan kepada proses menjadi insan yang mengembangkan dua pola hubungan dengan Allah. Dengan menyadari hal ini maka akan muncul manusia-manusia yang mempunyai kesadaran tinggi dan dinamis dalam hubungaanya dengan Allah.

Darisini kita semua bisa menyikapi persoalan-persoalan yang berkait erat dengan ibadah haji. Dan telah kita ketahui pula ibadah yang manakah  yang seharusnya kita dahulukan, ibadah yang dapat dirasakan secara individu dan orang lain. Sebenarnya kalau kita bisa mendalami visi dari Nabi Muhammad yang menyatakan untuk menyempurnakan akhlak, itu sudah sangatlah jelas kalau ternyata visi itu mengarah kepada ranah sosial. Dari ibadah sosial ini secara tidak langsung juga menjalankan ibadah secara individu. Dapat ditekankan, secara garis besar kebutuhan bersama itu ternyata lebih penting daripada kebutuhan individu. Dengan demikian, masih adakah orang yang menjalankan ibadah yang bersifat individu dengan menafikkan ibadah bersifat sosial?

(Aufklarung Edisi 11/ 22 Dzulqo’dah 1430 H / 12 November 2009 )